RSS

Kamis, 18 Agustus 2011

Makna Ramadhan di Hari Kemerdekaan

Manusia pada dasarnya dalam menjalani kehidupan ini semata-mata hanya untuk ber‘ibadah dalam segala hal perbuatan dan tindakannya, karena kehidupan Allah niali bukan atas dasar kekayaan, kepintaraan, keindahan fisik atau kesempurnaan, boleh jadi orang yang miskin, hina mata manusia akan tetapi mulia dimata Allah, boleh jadi ketidak sempurnaan harta dan fisik seorang sempurna keimanannya dihadapan Allah, kemulyaan dan kesempurnaan manusia adalah berdasar pada ilmu, amal serta iman seseorang. Pada bulan ini bulan ramadhan tahun hijriah bertepatan bulan agustus tahun masehi adalah mengingkatkan kita di 66 tahun yang lalu akan proklamir kemerdekaan Indonesia, Ramadhan meiliki nilai ‘ibadah dalam segala amal di hari-hari puasanya sebagai bukti otentik keberislaman seseorang, Puasa (syiam) artinya menahan diri dari segala yang membatalakan puasa seperti makan, minum dan menahan hawa nafsu dimulai dari sejak fajar samapi terbenamnya matahari, puasa juga sebagai ibadah yang mulia kepada allah, puasa di bulan Ramadhan terdapat banyak, hikmah, barakah, Rahmah, dan ampunan, didalamnya terdapat keistimewaan lailatul qadar sebagai kesempurnaannya. Merupakan satu yang patut di syukuri jika kita berjumpa untuk berpuasa di bulan Ramadhan dan kiranya kita tidak menyianyiakan kesempatan tersebut, namun hendaknya meman fa’atkan kesempatan dengan sebaik-baiknya, Allah memberikan keistimewaan pada bulan Ramadahan ini, bahwasanya amalan ramadhan dapat menutup pintu neraka membuka pintu syurga, Subhana allah, allah telah menempataakan bulan ramadhan sedemikian mulyanya, Allah memberikan ganjaran yang sangat besar dan berlipat melebihi amalan di bulan-bulan lain, dengan demikian mari kita sebagai umat islam berlomba-lomba ( Berfasatabiqul khairat ) dalam beribadah kepada Allah S.W.T, tolong menolong sesama hamba Allah dan saling menasehati dalam kebaikan, itulah indahnya islam.

Rasulullah saw. memberikan sambutannya menjelang Bulan Suci Ramadhan. “Wahai segenap manusia, telah datang kepada kalian bulan yang agung penuh berkah bulan yang di dalamnya terdapat satu malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan”. Allah menjadikan puasa di siang harinya sebagai kewajiban, dan qiyam di malam harinya sebagai sunnah. Barangsiapa menunaikan ibadah yang difardukan, maka pekerjaan itu setara dengan orang mengerjakan 70 kewajiban. Ramadhan merupakan bulan kesabaran dan balasan kesabaran adalah surga. Ramadhan merupakan bulan santunan, bulan yang dimana Allah melapangkan rezeki setiap hamba-Nya. Barangsiapa yang memberikan hidangan berbuka puasa bagi orang yang berpuasa, maka akan diampuni dosanya, dan dibebaskan dari belenggu neraka, serta mendapatkan pahala setimpal dengan orang yang berpuasa tanpa mengurangi pahala orang berpuasa tersebut”. (HR Khuzaimah). Nabi kita menyebutkan 8 keistimewaan Ramadhan dibandingkan bulan-bulanlainnya salah satunya yaitu : Syahrun Azhim ( Bulan Yang Agung ) Azhim adalah nama dan sifat Allah Ta’ala. Namun juga digunakan untuk menunjukkan kekaguman terhadap kebesaran dan kemuliaan sesuatu. Sesuatu yang diagungkan Nabi tentulah memiliki nilai yang jauh lebih besar dan sangat mulia dengan sesuatu yang diagungkan oleh manusia biasa. Alasan mengagungkan bulan Ramadhan adalah karena Allah juga mengagungkan bulan ini. Firman Allah, “Waman yu’azhim sya’iirillah fa-innahha mintaqwal quluub, barang siapa mengagungkan syiar-syiar agama Allah, maka itu datang dari hati yang bertakwa.” Diagungkan Allah karena pada bulan inilah Allah mewajibkan puasa sebagai salah satu dari lima rukun Islam. Allah yang maha pemurah penyayang menetapkan dan mensucikan bulan ini kemudian memberikan segala kemurahan, kasih sayang, dan kemudahan bagi hamba-hamba yang ingin mendekatkan diri kepada-Nya. Bulan ini adalah bulan penuh makna di mana memetik nilai dan pelajaran didalamanya, salah satunya pemebenatukan jiwa menjadi baik, artinnya sesorang dengan berpusa dididik untuk dapat sabar, kuat dan merasakan apa yang dirasakan oleh kaum duafa dari rasa lapar harus dalam kehidupan keseharaian mereka, sehingga bagi mereka yang meiliki kemampuan lebih hendaklah berbagi, berbagi dalam hal kasih dan sayang serta kepudilan antar insan manusia, selain itu juga bulan ramadhan hendaknya di jadikan sebagi bulan berfasta biqul khirat dalam ‘ibadah pada Allah S.W.T, masih banyak nilai-nilai yang terkandung dalam bulan ramadhan, tak terkecuali bangsa indoonesia pada bualan ramadhan menjadikan sebagai bulan yang bersejarah sebagi hari kemerdekaan bangsa, proklamir kemerekaan yang di sampaikan oleh Ir. Soekarno dan Muh. Hatta. Mereka adalah pemimpin bangsa yang pertama, sudah tak sepatutnya bagi segenap Rakyat Indonesia untuk tidak melupakan sejarah, darah para pejuang dulu menjadi saksi bagai kemerdekaan bangsa ini, jiwa dan raga mereka korbankan untuk negeri ini, dengan pengharapan bahawa rakyat Indonesia yang selanjutnya akan merasakan kebebasan dalam hidup dan menikmati kesuburan negeri ini secara untuh, namun apa yang diharapkan adalah sunguh sangat berbanding terbalik, Moral anak bangsa kini sudah hancur akibat pengaruh budaya asing yang masuk di negri ini, kemiskinan masih mewabah disegenap penjru negri, kebodohan masih menimpa apada anak negeri, Pengangguran kian merejalela, kesejahteraan rakyat yang sudah terkontaminasi dan matinya jiwa sosial yang tak berperi kemanusiaan pada pemimpin yang berkuasa, itulah sebabnya kemerdekaan yang di deklarasikan di bumi bangsa tercinta ini.

Kemer dekaan bagi indonesia saat ini hanya dijadikan hari peringatan saja. sebuah rutinnitas kegiatan formal yang formalitas, yang lebih parah kemerdekaan di bagsa ini hanya menjadi sebuah catatan sejarah dan cerita, tanpa mengaplikasikan dan memetik nilai juang dari kemerdekaan, yang bertekaad untuk menjadi negeri yang maju lagi damai, adil dan makmur yang pernah dirumuskan oleh para pendahulu negeri ini. Kemerdekaan hanya sebagai syarat untuk menuju kebebasan kesejahtaran serta kemakmuran untuk rakyat.

Bangsa ini dari sejak dekalarasi kemerdekaan sudah sudah menginjak 66 tahun lamanya dalamhitungan tahun masehi sedang hitungan hijriah 68 th Indonesia merdeka, kita belum mersakan terlepasnya dari penjajah dan penjahan, kemerdekaan kita hanyalah sebuah ilusi dari pernyataan kemerdekaan, tak ada kesejahteraan rakyat yang merakyat di hari-hari setelah merdekanya indonesia. dimasa Presiden pertama Ir. Soekarno setelah kemerdekaan di isi dengan perumusan hukum-hukum kehidupan kesatuan dan pembersatuan bangsa masa itu disebut masa orla (orde lama), kemudian berlanjut keorde baru dengan gagasan demokrasi terpimpin, hanya berjalan 32 tahun, sedikitnya hanya mengrarah pada titik progaram keberlanjutan orla dengan melaksanakan pembangunan. ini adalah ciri kepemimpinan masa presiden yang ke dua yaitu Jend. H. M. Soehato, yang jatuh runtuh oleh tangan-tangan kaum muda, karena dari kepemimpinannya yang dianggap kurang teransparan denan ciri kepemimpinannya di sebut dengan kepemimpinan demokrasi terpimpin, hingga orang beranggapan negara seolah-olah dikendalaikan atas titah dan kebijakannya, soeharto diruntuhkan oleh pemuda yaitu para mahasiswa dari segenap penjuru nusantara bersatu dengan satu tujuan tepat pada tahun 1998, kembali darah nyawa tertumpah dan menjadi saksi bisu dari sebuah harapan perubahan bangsa ini kala, akhirnya dengan desakan tersebut presiden Soeharto memproklmirkan diri menyatakan mundur dari jabatannya sebagai presiden pada masa itu. Selanjutnya maka lahirlah Generasi sesudahnya dengan menyebut masa Reformasi, perputaran gejolak terus berlalu silih berganti, gejolak dan dampak merambah di seluruh sector mulai dari sistem kenegaraan, baik dalam tatanan kepemerintahan, serta kerakyatan, mulai dari sector kesosialan, begitu pula dengan kebijakan yang hanya ditentukan, kebijakan hanya ditentukan oleh pemimpin yang berkuasa sehinga pedoman kebangsa ini kerap kali berganti mengikuti penggantian kepemimpinan yang berkuasa, akhirnya rakyat hanya dijadikan kambing hitam dari kebijakan-kebijakan mereka yang tidak konsisten dan tidak tepat sasaran, kebijakan-kebiajakan mereka penguasa terkadang menjadi tidak jelas,dapat saya simpulkan dari fenomena bangsa ini mulai sejak Orde Lama (Orla) terkenal dengan kepemimpinan strutural, Orde Baru ( Orba ) berjenis kepemimpinan demokrasi terpimpin, masa ketiga Reformasi Demokrasi yang transparansi penuh dengan kontra fersi, Reformasi mengatakan kebijakan yang merakyat untuk rakayat, namun sampai pada saat ini kebiajakn untuk rakyat tak dirasakan oleh rakyat, kemudian dimasa sekarang ini demokrasi the sentrlisasi yang mengakui tipe kepemerintahan dengan dalih kebijakan kepemerintahan yang disesuaiakan dengan angaran dari hasil daerah yang menyebut kebijakan otonomi daerah, kebijakan ini hanya menambah suram tak menjadi solusi yang soluktif bagai perubahan bangsa di setipa derah malah menambah pelaku korup.

Kebijakan kepemimpinan otonomi yang dilimpahkan oleh pemerintah daerah dengan the sentarlisasi, berharap dengan kebijakan otonomi daerah dapat membangun daerah itu sendiri, untuk saat ini kebijakan yang diberikan itu mejadi salah kaprah bahwa pemerintah daerahlah menentukan segalanya, pada akhirnya kebijakan ini lebih banyak memiliki damapak negatinya ketimabang positifnya, meski ada segi positifnya itu hanya sebahagian saja, dari kebiajakan otonomi daerah yang salah kaparah ini berdampak merubah keadaan menjadi lebih baik bahkan menjadi terpuruk, salah satu contoh saja para pelaku pemerintah kita hobi dengan korupsi meski ada lembaga Anti korupsi, mereka para korup iti tak sebanding banyaknya warga di negri ini namun dampaknya mengena pada seluruh individu rakyat, Astghfirullah, kiranya kita ber harap dan berdo’a mereka sadar dan segera bertaubat, membela dan berjuanag unuk negeri, jika saja dulu pejung kita mengorbankan darah, jiwa dan raga untuk mencapai merdeka, tapi kenapa mereka yang kini mengaku pejuang siap membela negri mencari korban untuk di korupdi, jika jiwa-jiwa itu yang tertanan pada wakil dan pemimpin di bangsa ini sulit rasanya bangsa ini untuk mencapai kesejahtraan akibat tangan-tangan jahil mereka (Koruptor). Sunguh sangat mengenaskan negeri ini.

Apakah benerkah rakayat di negri ini tidak menyukai akan kemerdekaan tapi suka terhadap penjajahan? Mana kutahu..! penindasan dan otoritas kekuasaan meraja lela. tentu saya secara peribadi mengatakan : “ Tidak rela meliahat negeri ini terjajah dan terpuruk padahal negri ini subur dan makmur, negri ini kaya raya, jika tidak dimakan oleh mereka penjajah banga (Koruptor).

Negeri ini telah setengah abad lebih menyatakan lepas dari tangan penjajah (Belanda&jepang), tiga setengah abad negri kita dijajah dan terjajah, tak sebanding dengan apa yang kita rasakan dari pedeklarasian kemerdekaan, tidak sadarkah itu wahai Rakyat Indonesia. Kemerdekaan ini kita belum terbayar dengan penjajahan mereka (belanda) kini sudah terjajah lagi, kita belum merasakan kemerdekaan yang secara utuh, kemerdekaan yang kita rasakan saat hanya simulasi dan symbol yang tertoreh saja, secara jiwa nurani apakah tidak terketuk disetiap individu rakyat Indonesia untuk merasakan kemerdekaan yang seutuhnya, oleh karnanya hendaknya rakyat di negeri ini segera menyadari akan hal itu, hilangkanlah jiwa kepenjajahan yang mengalir dalam kehidupan rakyat di bangsa ini, jika saja jiwa penjajah masih mewabah maka sulit rakyat di nusantara ini akan merasakan kesejahtaraan, keadilan dan kedamaian, sungguh sangat miris jika kita tidak untuk bersegera menyadainya. Sadarlah wahai rakyat Indonesia.

Mari kita kembali mendeklarasikan Kemerdekaan bangsa ini dari tangan penjajah menuju masyarakat sejahtera adil dan makmur, jujur serta damai. mari kita bersama-sama untuk memerdekakan negeri ini, melapsakan diri dari penjah dan penjajahan negeri, mari kita berantas para pelaku Korupsi dan tindakan korupsi, bukan hanya pada tatanan pemberantasan korupsi di tingkat pemerintah, namun dimulai pula dari setiap individu rakayat di seluruh penjuru negeri.

Wahai para pemimpin jangan kau posisikan dirimu sebagai yang memimpin, namunkatakan posisikan saya memimpin diri saya peribadi, jika kamu hendak menindas bayangkan bagaimana rasanya tertindas.

Jika kamu sebagai pemimpin berfikirlah untuk memerdekakan rakyat, bukan berfikir bagaimana menjajah rakyat. Maka wahai pemimpin teriakan di hadapan rakyatmu :” Merdeka Indonesia, Wahai negeriku bebaskanlah Indonesia dari penindasan dari penjajahan perampas hak-hak rakyat dari mereka yang mengaku mewakil rakyat yang tak berpihak pada rakyat”. Merdeka Indonesia.merdeka…!!

sumber : http://media.kompasiana.com/

Selasa, 02 Februari 2010

100 Hari Pemerintahan SBY Pemberantasan Korupsi Kian Redup


Yogyakarta - 100 hari pemerintahan Presiden SBY, pemberantasan korupsi masih belum berjalan baik. Kebijakan yang muncul belum bersifat strategis dan terencana, tapi hanya insidental.

"Hingga 100 hari, komitmen pemberantasan korupsi pemerintahan SBY-Boediono bukannya semakin menguat tetapi justru kian meredup," kata peneliti Pusat Kajian Anti Korupsi (Pukat) Universitas Gadjah Mada (UGM), Danang Kurniadi saat menyampaikan laporan "Evaluasi 100 Hari Pemerintahan SBY-Boediono" di kantor Kompleks Bulaksumur, Selasa (2/2/2010).

Menurut Danang, kondisi saat ini berbeda dengan periode 2004-2009. Presiden SBY dipuji dengan dikeluarkannya Inpres no.5 tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasn Korupsi. Namun saat ini pemerintahan justru sering mengeluarkan produk hukum yang sifatnya insidental.

Salah satu contohnya lanjut dia, terbitnya Perpu No.4/2009 tentang pimpinan sementara KPK, Keppres No. 31 Tahun 2009 tentang pembentukan tim independen verifikasi fakta kasus Chandra dan Bibit. Selanjutnya Keppres No.37/2009 tentang pembentukan Satuan Tugas Pemberantasan Mafia Hukum dan Penyusunan RPP Penyadapan.

"Produk hukum insidental ini mengindikasikan pemerintahan SBY-Boediono tidak memiliki orientasi jangka panjang dalam memerangi korupsi. Sebagian program yang dirinci dalam bentuk rencana aksi nyaris tak terdengar," pungkas dia.

Selasa, 09 Desember 2008

Kantin Kejujuran


Kantin Kejujuran, adalah kantin di mana semua pembelinya adalah orang yang jujur. Sebab dia membayar sendiri apa yang diambil dan dimakan, serta mengambil sendiri uang pengembaliannya. Kantin ini dibuka sebagai bagian dari gerakan pemberantasan korupsi. Di Indonesia sudah terdapat 2711 Kantin Kejujuran yang tersebar di sekolah-sekolah. Presiden SBY dan Ibu Ani, saat menghadiri peringatan Hari Anti Korupsi Sedunia, di Monas, Selasa (9/12) pagi, juga melakukan transaksi membeli barang, menaruh uang dan mengambil sendiri kembalian di Kantin Kejujuran. Dimana kantin kejujuran SMK IPTEK sempat disambangi oleh Presiden SBY pada peringatan Hari Anti Korupsi Sedunia dan sempat membeli beberapa produk dan buku yang ditulis oleh bapak Kepala Sekolah IPTEK Jakarta Dr. MARDANI yang dijual di katin kejujuran yang ke 989.

SBY Hadiri Peringatan Anti Korupsi Sedunia


Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Jusuf Kalla menghadiri peringatan hari anti korupsi sedunia di silang Monas Jakarta, Selasa (9/12).

Acara tersebut dihadiri 6.500 siswa SMA se-DKI Jakarta serta 1.000 anggota Karang Taruna, para menteri Kabinet Indonesia Bersatu, dan Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo.

Dalam sambutannya, Jaksa Agung Hendarman Supandji mengatakan berdasarkan data Bank Dunia, setiap tahunnya tercatat US$1 triliun digunakan sebagai uang suap dan US$80 miliar kerugian akibat korupsi.

"Indonesia sebagai negara hukum telah menempatkan diri pada posisi terdepan dalam pemberantasan korupsi. Pada 9 Desember 2004 pemerintah telah memerintahkan kepada seluruh jajaran kabinet Indonesia Bersatu untuk percepatan pemberantasan korupsi dengan Inpres nomor 5 tahun 2004," kata Hendarman.

Ia menambahkan pada 2005 dibentuk tim koordinasi pemberantasan tindak pidana korupsi sebagai tindak lanjut instruksi Presiden.

"Dalam periode pelaksanaan tugasnya dari tahun 2005 sampai 2007 telah berhasil menyelesaikan 280 kasus/perkara dengan nilai keuangan atau aset negara yang diselamatkan/diamankan sejumlah Rp3,95 triliun," ungkapnya.

Pada bagian lain sambutannya, Jaksa Agung menyatakan pemberantasan korupsi dilakukan dengan tiga cara yaitu edukatif, preventif dan represif.

"Ketiga komponen di atas yaitu represif, preventif dan edukatif telah dijalankan bersama-sama dalam satu kesatuan untuk penanggulangan korupsi," katanya.

Hendarman mengajak peringatan hari anti korupsi sedunia dapat dijadikan momentum untuk meningkatkan semangat aparatur negara dan semangat aparatur pemerintah serta semangat masyarakat sebagai perwujudan sikap anti korupsi.

"Pada peringatan hari anti korupsi, kita berkomitmen bahwa walaupun langit besok akan runtuh, dunia tempat berpijak akan terbelah berkeping-keping, namun hukum harus tetap tegak," tegasnya. Hadir dalamperingatan tersebut ibu Negara Ani Yudhoyono dan Ibu Mufidah Kalla

Minggu, 07 Desember 2008

Rujukan dalam Memahami Al-Qur’an dan As-Sunnah

Pengertian “Salaf“

Secara bahasa, Salaf berarti orang-orang yang mendahului kita, baik dari segi keilmuan, keimanan, keutamaan, maupun kebaikannya. Ibnul Manzhur berkata, “Salaf juga berarti orang-orang yang mendahuluimu, baik orang tua maupun karib kerabatmu yang lebih tua dan utama darimu.”[1] Termasuk dalam pengertian ini apa yang telah dikatakan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam kepada putrinya Fatimah az Zahrah:

“Sesungguhnya sebaik-baik Salaf bagimu adalah aku”[2]

Adapun yang dimaksud ’Salaf’ menurut istilah para ulama pada asalnya adalah para sahabat Nabi Shallallahu’alaihi wasallam, kemudian disertakan kepada mereka –dalam istilah tersebut- generasi sesudah mereka yang mengikuti jejak mereka [3]. Sedangkan menurut tinjauan waktu, maka ’Salaf’ maksudnya adalah generasi-generasi terbaik yang patut diteladani dan diikuti, yaitu tiga generasi pertama yang telah dipersaksikan keutamaannya oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam dalam sabdanya:

”sebaik-baik umat adalah generasiku, kemudian generasi sesudahnya, kemudian sesudahnya lagi.”[4]

Namun, makna ’Salaf’ menurut tinjauan waktu ini masih belum cukup, karena kita melihat kemunculan firqah-firqah sesat dan bid’ah-bid’ah pada masa-masa tersebut, sehingga orang yang hidup pada masa tersebut tidak cukup dikatakan bahwa dia di atas manhaj Salaf sampai diketahui bahwa dia sejalan dengan para sahabat dalam memahami Al-Qur’an dan As-Sunnah. Oleh karena itu, para ulama menambahkan dengan istilah ” As Salaf Ash Shalih” (generasi Salaf yang saleh). Pada perkembanagn selanjutnya istilah Salaf dinisbatkan kepada ’orang-orang yang senantiasa menjaga aqidah dan manhaj hidupnya agar sesuai dengan tuntunan Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam dan para sahabatnya Radhiallahu ’anhum sebelum terjadi perpecahan dan perselisihan’, yaitu dengan munculnya beberapa macam firqah (kelompok islam sempalan).[5]

Kewajiban Merujuk kepada Pemahaman Salaf

Sebagai seorang muslim kita dituntut untuk menjadikan Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai pedoman hidup. Keselamatan hidup kita, dunia dan akhirat, hanya akan diperoleh dengan cara kita tunduk dan patuh kepada keduanya. Namun kenyataan dilapangan menunjukan bahwa kaum muslimin terpecah-belah dalam berbagai pemahaman. Semua mengklaim dirinyalah yang berpegang kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Masing-masing mengaku paling benar dan menyalahkan orang lain yang menyelisihinya. Pertanyaan kita adalah siapakah yang paling benar dan paling tepat dalam memahami Al-Qur’an dan As-Sunnah sehingga kita tidak boleh menyelisihi mereka? Jawabannya adalah para sahabat Nabi Shallallahu’alaihi wasallam. Para sahabat itulah orang-orang yang paling paham tentang Al-Qur’an dan As-Sunnah karena mereka hidup di zaman turunnya kedua wahyu tersebut kepada Nabi Shallallahu’alaihi wasallam. Maka wajib bagi kita mengikuti petunjuk dan bimbingan mereka.

Dalil-Dalil Bahwa Pemahaman Salaf Wajib Menjadi Rujukan[6]

Beberapa dalil di bawah ini menunjukan bahwa pemahaman Salaf wajib menjadi rujukan umat islam dalam memahami agamanya.

1. Alloh Subhanahu wata’ala berfirman:

”Orang-orang terdahulu lagi pertama-tama (masuk islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar serta orang-orang yang mengikuti mereka (dalam melaksanakan) kebaikan, Alloh ridha kepada mereka; dan Alloh menyediakan bagi mereka surga-surga yang didalamnya terdapat sungai-sungai yang mengalir. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.” (Q.S. At-Taubah :100)

Dalam ayat diatas Alloh Subhanahu wata’ala memuji generasi Salaf dan orang-orang yang mengikuti mereka. Maka, dari sini dapat diketahui bahwa bila Salaf mengemukakan suatu pendapat kemudian diikuti oleh orang-orang pada generasi berikutnya, maka mereka menjadi orang-orang yang terpuji dan berhak mendapatkan keridhaan dari Alloh sebagaimana yang didapat oleh generasi Salaf. Kalaulah mengikuti jejak Salaf tidak berbeda dengan mengikuti jejak selainnya, niscaya mereka tidak pantas untuk dipuji dan diridhai; dan hal seperti itu jelas bertentangan dengan ayat di atas. Dengan demikian, berdasarkan ayat di atas telah jelas bahwa pemahaman Salaf menjadi rujukan bagi generasi berikutnya.

2. Alloh Subhanahu wata’ala berfirman:

”Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia; menyuruh kepada yang ma’ruf, mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Alloh. Sekiranya Ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Namun, di antara mereka ternyata ada yang beriman dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (Q.S. Ali Imran: 110)

Dalam ayat ini Alloh Subhanahu wata’ala menetapkan adanya keutamaan generasi Salaf dibanding keseluruhan umat karena pernyataan dalam ayat tersebut tertuju kepada kaum muslimin, yang waktu itu tiada lain adalah para sahabat, generasi Salaf pertama yang mendulang ilmu langsung dari Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam tanpa perantara. Adanya pemberian gelar kepada mereka sebagai umat terbaik menunjukan bahwa mereka itu senantiasa istiqamah dalam segala hal, sehingga tidak akan menyimpang dari kebenaran. Alloh Subhanahu wata’ala juga menjelaskan sifat mereka sebagai bukti kelurusan jalan hidup mereka, yaitu bahwa mereka selalu memerintahkan kepada yang ma’ruf dan melarang seluruh yang mungkar. Berdasarkan ayat di atas, juga jelas bahwa pemahaman Salaf menjadi hujjah dan rujukan bagi generasi sesudah mereka sampai Hari Kiamat.

3. Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda:

”Sebaik-baik manusia adalah genersiku; kemudian generasi sesudahnya; kemudian generasi sesudahnya lagi. Selanjutnya akan datang suatu kaum yang persaksiannya salah seorang di antara mereka mendahului sumpahnya dan sumpahnya mendahului persaksiannya.”[7]

Apakah yang menjadi ukuran kebaikan pada diri mereka (tiga generasi Salaf) dalam hadits Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam tersebut adalah warna kulit, bentuk tubuh, harta, atau yang sejenisnya?? Jelas bukan! Dan tidak diragukan lagi bahwa ukuran kebaikan yang dimaksud tidak lain adalah ketaqwaan hati dan amal saleh. Mengenai hal ini Alloh Subhanahu wata’ala berfirman,

”Sesungguhnya manusia yang paling mulia di antara kalian adalah yang paling bertaqwa. Sesungguhnya Alloh Maha Mengetahui lagi Maha Mengenali.” (Q.S. Al-Hujurat: 13)

Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda,

”Sesungguhnya Alloh tidak melihat rupa dan harta kekayaan kalian. Alloh hanya akan melihat kepada hati dan amal kalian.” [8]

Salah seorang sahabat Nabi Shallallahu’alaihi wasallam, Ibnu Mas’ud Radhiallahu’anhu, menceritakan bahwa Alloh telah menjelaskan kepada umat ini bahwa hati para sahabat adalah sebaik-baik hati setelah hati Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi wasallam. Alloh menganugrahkan kepada mereka pemahaman yang tidak akan pernah dicapai oleh generasi berikutnya. Sehingga, apa-apa yang mereka nilai baik, maka akan baik menurut Alloh dan apa-apa yang mereka nilai buruk, juga menjadi buruk menurut Alloh [9]. Jadi jelaslah, pemahaman Salaf menjadi rujukan bagi generasi sesudahnya sampai Hari Akhir nanti.

4. Alloh Subhanahu wata’ala berfirman:

”Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kalian umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kalian,….” (Q.S. Al-Baqarah: 143)

Sebagaimana halnya kandungan ayat pada poin dua, walaupun sifat yang terkandung dalam ayat di atas adalah kaum muslimin secara umum, namun generasi Salaf masuk dalam barisan pertama yang mendapatkan gelar sifat tersebut. Mereka adalah generasi yang paling adil dan pilihan. Mereka adalah generasi utama umat ini. Mereka paling adil dalam berbuat, dalam berkata-kata, dan dalam berkehendak. Memang sangat pantaslah mereka dijadikan saksi atas seluruh umat. Persaksian mereka akan diterima di hadapan Alloh karena persaksian mereka berdasarkan ilmu dan kejujuran. Mengenai hal ini Alloh Subhanahu wata’ala berfirman,

”Dan sembahan-sembahan selain Alloh yang mereka sembah itu tidak dapat memberi pembelaan. (Orang-orang yang dapat memberikan pembelaan adalah) tidak lain orang yang bersaksi dengan benar (yaitu orang yang bertauhid) dan meyakini(nya).” (Q.S. Az-Zukhruf: 86)

Jika persaksian mereka diterima di hadapan Alloh, tentu tidak diragukan lagi bahwa pemahaman mereka menjadi rujukan bagi generasi sesudahnya. Memang umat islam sudah bersepakat bahwa tidak ada generasi yang berpredikat adil secara mutlak kecuali para sahabat. Sehingga, berita mereka pasti diterima dan tidak perlu diteliti lagi kebenarannya. Dari situ jelaslah, bahwa pemahaman mereka menjadi rujukan bagi yang lain dalam memahami nas-nas Al-Qur’an dan As-Sunnah. Kita diperintahkan untuk mengikuti jejak dan jalan hidup mereka.

5. Alloh Subhanahu wata’ala berfirman:

”… dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku.” (Q.S. Luqman: 15)

Para sahabat Radhiallahu’anhum adalah orang-orang yang senantiasa kembali kepada Alloh, sehingga Alloh memberikan bimbingan kepada mereka bagaimana berkata dan beramal yang baik. Mengenai itu Alloh Subhanahu wata’ala berfirman,

”Dan orang-orang yang menjauhi thaghut [10] (yaitu) tidak menyembahnya dan mau kembali kepada Alloh, mereka mendapatkan kabar gembira; oleh sebab itu, sampaikanlah kabar tersebut kapada hamba-hamba-Ku, yang mendengar perkataan-perkataan lalu mengikuti mana yang paling baik di antara perkataan tersebut. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Alloh petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal.” (Q.S Az-Zummar: 17-18)

Orang yang menelaah perjalanan hidup para sahabat pasti akan mengetahui bahwa seluruh sifat yang disebutkan dalam ayat-ayat tersebut dimiliki oleh mereka. Jadi, memang sudah seharusnyalah kita mengikuti jejak mereka dalam memahami agama Alloh ini, baik dalam memahami Kitab-Nya maupun Sunnah Nabi-Nya Shallallahu’alaihi wasallam. Alloh mengancam orang yang tidak mau mengikuti jalan mereka dengan api neraka, sebagai mana tersebut dalam firman-Nya:

”Barang siapa menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya dan tidak mengikuti jalan orang-orang beriman, maka Kami biarkan dia dikuasai oleh kesesatan dan akan Kami masukkan ke dalam neraka Jahannam. Padahal neraka Jahannam adalah seburuk-buruk tempat kembali.” (Q.S. An-Nisa’: 115)

Dalam ayat tersebut, Alloh mengancam orang yang tidak mengikuti jalan orang-orang beriman. Yaitu, jalan para sahabat Radhiallahu’anhum –sebagai generasi pertama yang dimaksudkan dalam ayat tersebut- dan generasi sesudahnya. Ini menunjukkan bahwa mengikuti jalan mereka dalam memahami syariat Alloh adalah wajib. Barang siapa yang berpaling dari jalan mereka, maka dia akan menuai kesesatan dan diancam dengan neraka Jahannam. Tidak ada jalan lain yang harus kita tempuh selain jalan kaum mukminin, sebagaimana tersebut dalam firman Alloh,

”Maka (Dzat yang demikian) itulah Alloh, Rabb kamu yang sebenarnya. Tidak ada yang lain setelah kebenaran itu, kecuali kesesatan. Maka, mengapa kamu mau dipalingkan (dari kebenaran).” (Q.S. Yunus: 32)

Siapapun yang tidak mengikuti jalan orang-orang beriman pasti dia mengikuti jalan orang-orang yang tidak beriman. Siapa saja yang mau mengikuti jalan orang-orang beriman –jalan para sahabat Radhiallahu’anhum- jelas akan mendapat keselamatan. Jelaslah, pemahaman para sahabat Radhiallahu’anhum –sebagai generasi pertama- dalam memahami agama adalah menjadi rujukan bagi kita semuanya. Barang siapa yang berpaling darinya, maka sesungguhnya dia telah memilih kebengkokan dan kesempitan. Cukuplah neraka Jahannam sebagai balasan baginya; padahal Jahannam itu sejelek-jelek tempat kembali dan tempat tinggal -kita berlindung kepada Alloh darinya-.

6. Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam pernah bersabda dalam hadits yang menyebutkan tentang perpecahan umat.

Dalam hadits tersebut memerintahkan kepada kita agar memegang teguh sunnah beliau dan sunnah Khulafa’ Rasyidin. Beliau Shallallahu’alaihi wasallam bersabda,

”Wajib bagi kalian untuk berpegang teguh kepada perikehidupanku dan perikehidupan Khulafa’ Rasyidin sepeninggalku.”

Beliau menyatakan bahwa dari sekian banyak kelompok Islam hanya ada satu yang selamat dan menjadi ahli surga, yaitu mereka yang menempuh perikehidupan (sunnah) sesuai dengan bimbingan Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam dan para sahabatnya Radhiallahu’anhum. Hal ini beliau tegaskan dalam sabdanya :

”Semuanya masuk neraka kecuali satu golongan saja yaitu golongan yang pada saat itu mengikuti peri kehidupanku dan peri kehidupan para sahabatku.”

Berdasarkan riwayat-riwayat di atas kita mengetahui bahwa peri kehidupan para sahabat Radhiallahu’anhum adalah perikehidupan Khulafa’ Rasyidin dan perikehidupan Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam. Jadi jelaslah, pemahaman sahabat Radhiallahu’anhum –sebagai generasi Salaf pertama- menjadi rujukan bagi generasi berikutnya.

Manhaj Salafi adalah Manhaj Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam dan para sahabatnya Radhiallahu’anhum.

Berdasarkan dalil-dalil diatas jelaslah bahwa satu-satunya jalan keluar hanya terdapat pada manhaj Salaf. Lalu, siapakah diantara sekian banyak kelompok Islam itu yang benar-benar berpagang teguh kepada manhaj sahabat Radhiallahu’anhum? Jawabannya tidak lain adalah manhaj Salafi.

Jawaban tersebut disimpulkan dari dua hal berikut.

Pertama, paham-paham sesat seperti Khawarij, Rafidhah (Syi’ah), Murji’ah, Jahmiyah, Qadariyyah, Mu’tazilah, dan lain-lain muncul setelah masa kenabian dan masa Khulafa’ Rasyidin. Jadi, tidak mungkin menisbatkan bahwa jalan sahabat sama dengan jalan mereka, karena yang datang lebih dahulu tidak dinisbatkan kepada yang muncul belakangan, justru sebaliknya yang datang belakanganlah yang dinisbatkan kepada yang lebih awal. Dengan begitu, Islam itu adalah yang tidak seperti kelompok-kelompok sesat diatas.

Kedua, mereka yang masih sesuai asal mulanya yaitu sesuai manhaj sahabat secara nyata kita dapatkan. Tidak kita temukan satupun dari kelompok-kelompok Islam yang bermanhaj sahabat, kecuali Ahlu Sunnah dari pengikut Salafus Shalih Ahlul Hadits. Adapun selain mereka, maka tidak terbukti. Kelompok-kelompok tersebut sebagiannya meragukan keadilan sahabat, sebagian lagi mengkafirkan mereka, sebagian mengembalikan kepada akal masing-masing, bahkan sebagian meninggalkan Al-Kitab dan As-Sunnah sama sekali. Maka bagaimana mungkin kelompok-kelompok tersebut dikatakan bermanhaj sahabat padahal jalan hidup mereka meninggalkan sahabat Radhiallahu’anhum?.[11]

Wallahu a’lam bish shawab.